Perbedaan FOB Shipping Point dan Destination Point

Perbedaan FOB Shipping Point dan Destination Point

Dalam dunia logistik dan pengiriman barang, kamu pasti sering mendengar istilah FOB Shipping Point dan FOB Destination Point. Keduanya merupakan istilah penting dalam perdagangan, terutama saat kamu menjalankan bisnis yang melibatkan pengiriman barang dalam jumlah besar atau lintas wilayah.

Tapi, sebenarnya apa sih perbedaan FOB Shipping Point dan Destination Point? Yuk, kami bantu jelaskan secara sederhana namun tetap informatif.

Apa Itu FOB?

Perbedaan FOB Shipping Point dan Destination Point

Sebelum kita membahas perbedaannya, penting untuk tahu dulu apa itu FOB. FOB adalah singkatan dari Free On Board, istilah dalam dunia perdagangan yang menjelaskan kapan kepemilikan dan tanggung jawab atas barang berpindah dari penjual ke pembeli selama proses pengiriman.

Dalam konteks FOB, ada dua jenis utama yang sering digunakan:

  • FOB Shipping Point (FOB Origin)

  • FOB Destination Point

Meski terdengar mirip, keduanya punya implikasi yang berbeda, terutama dalam hal risiko, tanggung jawab, dan pencatatan akuntansi.

1. FOB Shipping Point: Tanggung Jawab Berpindah di Gudang Penjual

Kalau kamu menggunakan FOB Shipping Point, artinya tanggung jawab atas barang langsung berpindah ke pembeli begitu barang dikirim dari gudang penjual.

Dengan kata lain, sejak barang masuk ke dalam truk atau kontainer di lokasi penjual, maka risiko kerusakan, kehilangan, atau biaya tambahan selama perjalanan sudah menjadi tanggung jawab pembeli.

Contoh Kasus:

Misalnya kamu membeli 100 kotak produk dari supplier di Surabaya dan menggunakan pengiriman FOB Shipping Point. Saat barang meninggalkan gudang mereka, semua risiko sudah jadi tanggung jawab kamu. Jika dalam perjalanan ada kerusakan atau keterlambatan, maka kamu yang harus menanganinya.

Dampak Akuntansi:

Dalam pembukuan, barang sudah bisa dicatat sebagai persediaan oleh pembeli begitu dikirim, meskipun belum sampai ke lokasi pembeli. Artinya, pembeli sudah mengakui barang tersebut sebagai miliknya.

Baca Juga:  Memahami Apa Itu Bongkar Muat Barang dalam Ekspedisi

2. FOB Destination Point: Penjual Bertanggung Jawab Sampai Barang Sampai

Sebaliknya, jika kamu menggunakan FOB Destination Point, maka penjual masih bertanggung jawab atas barang sampai barang benar-benar sampai di lokasi pembeli.

Dalam hal ini, risiko dan tanggung jawab atas barang tetap berada di tangan penjual selama proses pengiriman. Begitu barang sampai dan diterima oleh pembeli, barulah tanggung jawab itu berpindah.

Contoh Kasus:

Kamu memesan barang dari Jakarta ke Bandung dengan ketentuan FOB Destination Point. Jika dalam perjalanan terjadi kerusakan atau keterlambatan, maka penjual yang bertanggung jawab atas hal tersebut sampai barang tiba di tempat kamu.

Dampak Akuntansi:

Barang baru bisa diakui sebagai persediaan oleh pembeli saat barang diterima. Jadi dalam catatan keuangan, pengakuan kepemilikan terjadi lebih lambat dibanding FOB Shipping Point.

Mana yang Lebih Baik untuk Bisnis Kamu?

Nah, sekarang mungkin kamu bertanya, “Lalu, mana yang lebih baik untuk digunakan?”

Jawabannya tergantung dari kebutuhan dan posisi tawar dalam negosiasi antara kamu dan mitra bisnismu. Jika kamu ingin kontrol penuh sejak awal dan punya sistem logistik yang kuat, FOB Shipping Point bisa jadi pilihan yang efisien. Tapi kalau kamu ingin meminimalkan risiko selama pengiriman, FOB Destination Point bisa lebih aman.

Kami sarankan untuk selalu menyepakati jenis FOB yang digunakan dalam kontrak pembelian secara tertulis agar tidak menimbulkan kesalahpahaman di kemudian hari.

Memahami perbedaan antara FOB Shipping Point dan Destination Point sangat penting bagi kamu yang ingin menjalankan bisnis secara profesional dan efisien. Dengan mengetahui siapa yang bertanggung jawab atas barang di setiap tahap pengiriman, kamu bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam bertransaksi.

Nah, jika kamu butuh jasa pengiriman cargo, pilih saja Cargo Pengiriman Barang!